Pikiranku melayang dan sebuah mimpipun terbayang. Lautan lepas dengan pulau-pulau karang tersusun rapi menyambut lumba-lumba yang melompat ceria. Langit biru berpadu indah dengan riak ombak yang menyisir pasir putih di tepian pantai. Udara segar bertiup riuh, menjanjikan kesejukan alami khas hutan tropis yang hijau. Suara burung camar terdengar merdu, seakan bernyanyi mensyukuri pemandangan menakjubkan ini. Di bawah permukaan air, ikan-ikan berwarna-warni menari diantara karang-karang hidup yang mempesona, inilah surga kehidupan nyata di bumi: Raja Ampat. Sayangnya, mimpi surga itu kini berada di ujung tanduk. Bukan karena waktu, melainkan karena perilaku manusia yang sering abai, serakah bahkan kejam terhadap alam.
Beberapa tahun lalu, Raja Ampat pernah mengalami kerusakan ekosistem akibat eksploitasi berlebihan, illegal fishing, dan penebangan hutan. Untungnya, berbagai upaya pemulihan berhasil dilakukan. Alam mulai pulih, satwa kembali datang, pohon-pohon tumbuh rindang dan laut kembali tenang.
Namun kini, mimpi keindahan itu kembali hancur. Raja Ampat yang indah kini terancam oleh aktivitas pertambangan nikel. Laut yang dulu jernih berubah menjadi lahan eksploitasi. Debu dari aktivitas tambang mencemari udara dan air serta mengganggu kehidupan masyarakat di sekitarnya. Satwa langka kehilangan habitatnya, anak-anak terkena penyakit kulit seperti dermatitis akibat polusi logam berat yang mencemari lingkungan. Deforestasi menjadi dampak paling terlihat. Hutan-hutan yang dulu hijau kini gundul dan berubah menjadi lahan tambang. Air laut pun tercemar oleh sedimentasi dan limbah tambang, merusak ekosistem bawah laut yang seharusnya dilindungi.
Aku sendiri belum pernah menginjakkan kaki di Raja Ampat. Tapi saat melihat foto-foto alat berat menggusur keindahannya, rasanya seperti melihat mimpi yang hancur di depan mata. Mungkin bukan hanya aku—anak-anak Indonesia lainnya pun punya mimpi yang sama: bisa berkunjung dan melihat langsung keindahan Raja Ampat sebagai salah satu destinasi wisata kebanggaan Indonesia. Tapi sekarang, semua itu rasanya mustahil bisa terwujud.
Kami sedih, kami kecewa dan kami menyesalkan situasi ini harus terjadi!!!
Siapa yang harus bertanggung jawab? Mungkin saat ini, pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dan seharusnya mampu bertindak menyelamatkan Raja Ampat. Lebih dari itu, kami kecewa dan marah kepada pihak pihak yang begitu tega dan rela menghancurkan keindahan dan kelestarian alam Indonesia hanya demi mengeruk kekayaan dan keuntungan semata tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi masa depan ibu pertiwi. Kami, anak-anak, hanya bisa bertanya dan berharap: apakah masih ada masa depan untuk mimpi kami? (Ditulis oleh Alya Idis Salma-SMPN 1 Jombang)
