BRKS

Pahlawan dari Desa, Gerakan Menjaga Alam dan Menjaga Keberlanjutan Hidup Masa Depan

Di tengah hiruk-pikuk kota, kita sering lupa bahwa perubahan besar justru tumbuh dari tempat yang jauh dari keramaian, dekat dengan suara aliran sungai, suara kicau burung beterbangan di atas area sawah dan suara hewan ternak yang saling bersautan di pagi hari. Di ruang yang jauh dari publikasi heboh di media sosial, warga desa bergerak dengan cara yang sederhana dan alami namun berdampak luas yaitu merawat alam dengan tindakan nyata dalam mengelola sumber mata air, menerapkan pertanian organik yang ramah lingkungan, dan merawat pohon sebagai sumber oksigen dan paru paru dunia.

Air bersih adalah kebutuhan dasar, dan desa-desa yang berjuang menjaga mata air atau membuat sistem distribusi sederhana tapi sesungguhnya sedang melakukan pekerjaan besar untuk menjaga masa depan. Ada yang membangun sistem perpipaan mandiri, ada yang menanam ribuan pohon untuk menjaga debit air, ada pula yang membuat kelompok jaga sumber air. Ada pula yang rela berjalan berjam-jam hanya untuk memastikan mata air tidak dirusak orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka tidak pernah menyebut dirinya melakukan “konservasi sumber daya alam”, sebuah istilah yang terdengar indah di ruang rapat kota. Bagi mereka, menjaga air adalah menjaga hidup dan menjaga cucu cucu mereka agar tetap bisa minum dari sumber yang sama. Ironisnya, perjuangan sederhana ini sering lebih efektif daripada rencana besar yang penuh rumitnya birokrasi.

Di lahan kecil dan terbatas, sebagian petani memilih untuk berhenti menggunakan pestisida dan bahan kimia. Meski banyak yang menganggap itu pilihan yang tidak realistis, namun mereka percaya bahwa tanah harus kembali sehat dan tanaman seharusnya tumbuh dengan cara yang alami bersama ekosistem yang ada di sekitarnya. Ada juga kelompok tani secara gotong royong membuat kompos mandiri, ada yang belajar membuat MOL, ada yang bertukar bibit dan teknik budidaya. Hasilnya memang tidak instan tetapi perlahan, tanah menjadi lebih gembur dan subur, panen menjadi lebih baik dan komunitas lebih mandiri dan berdaya. Mereka bukan sekadar petani tapi mereka penjaga kehidupan. Dari kerja keras mereka, aneka ragam pangan tumbuh sehat tanpa merusak bumi. Dari lahan kecil, lahir ketahanan pangan, keseimbangan alam sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.

Yang sering kita lupa adalah bahwa dunia tidak hanya berubah oleh kebijakan besar. Dunia berubah oleh jutaan tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten. Warga desa menanam pohon tanpa berharap unggahan viral. Ibu-ibu penjaga benih dan menjadi pemulia tanaman tanpa berharap penghargaan. Pemuda-pemuda menjaga mata air tanpa berharap nama mereka tertulis dalam laporan internasional. Namun jika kumpulan tindakan kecil itu digabungkan, ia membentuk gelombang perubahan yang kuat dari yang bisa dibayangkan.

Dan dari desa-desa itu, kita kembali belajar bahwa masa depan bumi tidak hanya ditentukan oleh teknologi canggih, tetapi oleh kepedulian yang paling sederhana dan tulus. Pahlawan dari desa mengingatkan kita bahwa menjaga bumi tidak selalu bersifat heroik. Kadang ia hadir dalam kebiasaan sederhana, gotong royong dan dalam keputusan kecil setiap hari. Mereka membuktikan bahwa tempat yang jauh dari sorotan kamera justru bisa menjadi titik awal transformasi besar dalam menghadapi tantangan masa depan. (Noor Chasanah – BRKS)