IMG-20240531-WA0008

Pariwisata Tidak Berlanjut?

Ditengah ancaman yang kompleks terhadap situasi pariwisata wonosalam saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebabnya. Diantaranya karena kurang tajamnya peran masing masing stake holder termasuk dukungan kebijakan pemerintah terhadap iklim bisnis wisata wonosalam yang masih dipertanyakan, apalagi kalau dilihat dari bagaimana pelaku pariwisata membangun pariwisata dengan konsep wisata berkelanjutan? tentu masih banyak yang bisa diperdebatkan dan dievaluasi untuk melihat positioning resource yang ada, baik SDA maupun SDM.nya.

Dari hasil diskusi kami, mengacu pada satu kesepahaman bahwasannya pembangunan pariwisata berkelanjutan setidaknya bisa dilihat dari 5 hal terpenting berikut sebagai indikatornya.

Pertama
Ekologi, apakah pariwisata yang sedang didesign mempertimbangkan hubungan interaksi/keselarasan ekologi dalam perspectif ilmu pengetahuan biologi.

Kedua
Prespektif alam/lingkungan, penting mengutamakan penjagaan terhadap pelestarian alam, kesesuaian daya tampung alam untuk tetap memperhatikan fungsi utamanya, fungsi hutan untuk oksigen dan resapan air, fungsi kebun buah, fungsi lahan pertanian, fungsi daerah aliran sungai serta bagaimana semua aspek yang dapat merusak alam dipertimbangkan dengan baik.

Ketiga
Pembangunan SDM, hal ini merupakan titik tumpu bagaimana wisata memiliki visi dalam jangka panjang dalam konteks lokal maupun kepentingan negara, wisata yang tidak memiliki prespektif ini akan mememberikan dampak negatif terhadap masyarakat lokal. Hal ini mengakibatkan penduduk lokal hanya menjadi penonton yang tidak memiliki aspek manfaat secara ekonomi sehingga masyarakat lokal akan cenderung menjadi objek terbelakang. Dalam kepentingan negara, wisata harus berkembang seiring dengan kepentingan tumbuhnya sektor riil ekonomi dengan mengembangkan kapasitas SDM seluruh elemen pengelolanya. Ketika situasi itu tidak terjadi, maka wisata akan cenderung berjalan stagnan, monoton dan tidak bisa berkembang.

Keempat
Manfaat langsung ekonomi lokal, dalam mendesign wisata harus memasukkan item ini untuk menjaga sustainability pariwisata dalam sebuah kawasan, ekonomi lokal harus menjadi daya dukung yang dikembangkan karena kalau tidak akan memberi dampak negatif, kecemburuan sosial, acuh tak acuh, tidak terciptanya rasa aman dan nyaman, susah untuk terbangunnya keramah tamahan penduduk lokal. Serta hal terburuknya jika manfaat kesejahteraan ekonomi lokal tidak dipertimbangkan maka akan terjadi kekacauan antar pengelola wisata dan penduduk setempat serta bisa memicu terjadinya kenaikan harga/inflasi yang bisa mengakibatkan kerawanan ekonomi negara.

Kelima
Aspek sosial dan budaya, benturan terhadap budaya baru selalu saja menjadi perdebatan, layanan hedonis, konsumtif, toleran terhadap budaya barat, harus bisa menjadi mainstream baru atau bahkan bagian dari layanan. Pada titik inilah pelaku wisata harus kritis mempertimbangkan posisinya secara komunal untuk melihat potensi wonosalam sebagai tempat wisata yang diharapkan berkembang pesat, bisa diterima oleh semua stake holder, mempertimbangkan kearifan lokal yang adaptif terhadap perkembangan zaman dan kreatifitas anak muda di daerahnya masing masing.

Artikel ini di tulis dari hasil diskusi BRKS di desa Jarak kecamatan Wonosalam, kabupaten Jombang pada 29 Mei 2024

Tags: No tags

Comments are closed.