Kasus DBD di RI Naik 3 Kali Imbas Perubahan Iklim, 621 Orang Meninggal

 

Kasus demam berdarah atau DBD di Indonesia naik tiga kali lipat imbas perubahan iklim. Sebanyak 621 orang dilaporkan meninggal akibat kasus DBD.

 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, mengatakan pihaknya telah memprediksi adanya kenaikan kasus DBD akibat perubahan iklim sejak awal 2024. Perubahan iklim membuat nyamuk bisa bertahan dan berkembang biak lebih lama sehingga jumlahnya lebih banyak.

 

“Januari dan April 2024 kami memberikan surat edaran ke dinkes dan rumah sakit agar melakukan mitigasi lonjakan kasus DBD,” katanya dikutip dari Antara, Jumat (3/5).

 

Ditjen P2P Kemenkes melaporkan hingga pekan ke-17 tahun 2024 terdapat 88.593 kasus dengue di sejumlah daerah. Sebanyak 621 kasus di antaranya berujung pada kematian.

 

Jumlah itu meningkat lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 28.579 kasus dengan laju kematian mencapai 209 jiwa.

 

Kasus dengue tahun ini dilaporkan dari 456 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Sementara kematian akibat dengue terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 Provinsi.

 

Sebanyak lima kabupaten/kota dengan kasus tertinggi dilaporkan dari Kota Bandung mencapai 3.468 kasus, Tangerang 2.540 kasus, Kota Bogor 1944 kasus, Kota Kendari 1.659 kasus, dan Bandung Barat 1.576 kasus. Laju kasus kematian terbanyak akibat dengue dilaporkan dari Kabupaten Bandung 29 jiwa, Jepara 21 jiwa, Kota Bekasi 19 jiwa, Subang 18 jiwa, dan Kendal 17 jiwa.

 

Suspek dengue yang bersumber dari laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) secara kumulatif dilaporkan sebanyak 262.463 kasus.

 

Meskipun melonjak, Imran mengatakan, hingga saat ini belum ada pengelola fasilitas layanan kesehatan yang kewalahan merawat pasien DBD. Pengelola fasilitas layanan kesehatan telah menjalankan mitigasi lonjakan kasus sesuai dengan surat edaran yang ditujukan ke seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit di tanah air pada Januari dan April 2024.

 

Cara Cegah DBD

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan adanya pergeseran musim hujan dan perubahan pola iklim menjadi faktor utama yang memengaruhi peningkatan jumlah kasus positif dan kematian akibat Demam Berdarah atau DBD pada 2024.

 

Menurut dia, peningkatan jumlah kasus positif dan kematian akibat DBD dipicu oleh efek akibat siklus cuaca kering El Nino. Fenomena tersebut menyebabkan adanya pergeseran musim hujan dan perubahan pola iklim.

 

Nadia menjelaskan, faktor alam tersebut tidak ditanggapi secara serius oleh masyarakat. Dia mengimbau agar masyarakat aktif dalam memberantas nyamuk dan menggalakkan 3M (menguras, mengubur, menutup sumber air).

 

“Tentunya faktor lingkungan tadi akan mempengaruhi siklus hidup nyamuk,” kata Nadia lewat pesan singkat kepada Katadata.co.id Jumat (26/4).

Tags: No tags

Comments are closed.