Perubahan iklim yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan sumber daya pertanian, peningkatan frekwensi intensitas kekeringan dan banjir, peningkatan intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), penurunan produktifitas dan kualitas produksi pertanian. Oleh sebab itu dibutuhkan kesiapan para petani yang tanggap dan mampu beradaptasi dengan adanya perubahan iklim.
Kajian lebih mendalam mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dibahas oleh Profesor Yunita, Pensiunan Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia sekaligus tim koordinator field saintifik – Universitas Indonesia yang mendampingi para petani agar tanggap terhadap iklim. Menurut Profesor Yunita ada 3 dampak pada sektor pertanian yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. “Pertama, meningkatnya variabilitas iklim: fenomena alam seperti kemarau panjang atau curah hujan yang berkepanjangan dapat menimbulkan kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya, misalnya: terjadi hujan pada musim kemarau dan kemarau pada musim hujan. Variabilitasnya semakin meningkat akibat pemanasan global, serta kenaikan dan penurunan suhu permukaan laut. Inilah akibat kedua: pemanasan global. Kita sekarang hidup di planet yang semakin hari semakin panas karena konveksi udara dari permukaan bumi tidak dapat menuju atmosfer akibat tebalnya volume emisi gas. Ketiga, seperti kita ketahui: meningkatnya frekuensi kejadian ekstrem yang juga semakin parah, seperti banjir. Tanah longsor, badai, angin topan, dan lain-lain. 3 akibat perubahan iklim ini tentunya memberikan dampak yang signifikan terhadap pertanian”.(podcast – KR53 Broadcast)
Oleh sebab itu petani desa Jarak, kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang sedang bergerak untuk bisa beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini. Melalui diskusi antar petani mereka sharing pengetahuan dan pengalaman terkait persoalan pertanian dan perkebunan yang mereka alami di desa Jarak. (written by Noor – BRKS)