- Dekade ini paus sikat Atlantik Utara menjadi salah satu paus terancam punah di Bumi. Populasinya tidak lebih dari 360 individu.
- Paus sikat terancam punah akibat pelayaran kapal, jaring ikan, dan perubahan iklim.
- Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda adanya bayi paus yang lahir selama hampir tiga dekade.
- Perubahan iklim menyebabkan paus sikat kehilangan sumber makanan. Peneliti menghubungkan perubahan iklim dengan hilangnya sumber makanan paus sikat.
Para peneliti telah mengamati migrasi paus sikat Atlantik Utara yang terancam punah. Sudah sejak lama mereka tidak menemukan tanda-tanda adanya bayi paus yang lahir.
Nasib paus sikat ibarat sedang melewati jalan buntu. Laju populasinya diprediksi tak lebih 360 individu yang tersisa, terutama di sepanjang pantai Amerika Utara. Hal ini menggiring eksistensinya sebagai salah satu spesies paus besar yang paling terancam punah di Bumi.
Memiliki nama latin Eubalaena glacialis, paus ini merupakan salah satu dari tiga spesies paus sikat seperti paus sikat selatan dan paus sikat pasifik. Yang membedakan dari ketiganya hanyalah wilayah lautan yang mereka huni.
Biasanya mereka berkembang biak selama musim dingin di lepas pantai tenggara Amerika Serikat. Namun kini, mereka acapkali melewati musim tanpa kelahiran bayi-bayi baru. Fenomena itu terjadi selama hampir tiga dekade berdasarkan pengamatan udara oleh Associated Press (AP).
Selain itu National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), mengungkap hal yang sama soal populasi paus sikat Utara menyusut akibat lebih sedikit anak paus yang lahir. Sampai beberapa peneliti pun berspekulasi bahwa telah terjadi perubahan pada sumber makanan paus.
Peneliti senior di Laboratorium Bigelow untuk Ilmu Kelautan di Boothbay, Maine, Nicholas Record, mengatakan bahwa penelitianya menghubungkan perubahan iklim berskala besar di Atlantik Utara. Perubahan temperatur suhu laut mengakibatkan hilangnya sumber makanan bagi spesies mereka.
“Tepat ketika paus membutuhkan makanan besar terakhir sebelum musim dingin, tapi mereka tidak mendapatkan itu,” katanya dikutip The New York Times.
Alhasil mereka berenang makin jauh. Dan perpindahan itu telah menciptakan masalah besar bagi populasi secara keseluruhan. Ketika mereka mungkin lapar dan pindah ke tempat-tempat dengan lalu lintas pelayaran yang padat.
Berdasarkan pengamatan NOAA, pada musim kelahiran paus betina bermigrasi sejauh 1.000 mil atau 1.600 kilometer dari perairan utara dekat New England dan Kanada menuju rumah musim dingin mereka di perairan yang lebih hangat di dekat Georgia, Carolina Selatan, dan pantai timur Florida.
Paus ini memiliki tubuh gempal dan bercak-bercak kulit kasar atau kalositas di kepala. Uniknya paus sikat tak memiliki sirip punggung. Sayangnya, habitat mereka termasuk tempat melahirkan, bertumpang tindih dengan jalur pelayaran, tempat penangkapan ikan, dan aktivitas perahu rekreasi.
Awal Januari tahun 2024 lalu, di Carolina Selatan, satu anak seekor anak paus sikat Atlantik Utara terlihat dengan luka parah di kepala, mulut, dan bibirnya akibat baling-baling kapal. Menurut NOAA, anak paus tersebut akan kesulitan untuk menyusu dan kemungkinan besar akan mati karena luka-lukanya itu.
Ancaman
NOAA mencatat, sekitar 16 anak paus yang lahir pada musim ini, satu ekor terluka dan dua ekor lainnya hilang. Sebelumnya mereka menemukan satu individu paus betina mati di lepas pantai Martha’s Vineyard, Massachusetts, dengan tali yang melilitnya. Paus tersebut, diperkirakan masih remaja.
Saat ini, tabrakan kapal dan jerat alat tangkap menjadi ancaman paling serius bagi paus sikat Utara. Perjalanan mereka kali ini bakal sering menemui bahaya karena aktivitas manusia.
Sebelumnya, perburuan paus komersial adalah ancaman paling signifikan mengurangi populasi spesies ini. Lantaran paus sikat dianggap target yang “tepat” untuk diburu karena mereka acap kali berenang mendekati perairan pantai.
Sejauh ini NOAA mengidentifikasi hanya 70 ekor betina yang masih aktif secara reproduksi. Tanpa upaya konservasi, hampir dipastikan bakal kehilangan paus-paus ini untuk selamanya.
“Sangat menyedihkan mendengar kabar tentang hilangnya paus sikat Atlantik Utara,” kata Gib Brogan, direktur kampanye di Oceana, sebuah kelompok konservasi internasional yang berbasis di Washington.
Selain pelayaran dan penangkapan ikan, dampak perubahan iklim membuat paus sikat semakin sulit menemukan makanan. Hal ini menyebabkan kekurangan gizi, dan mendorong mereka keluar dari kawasan lindung, yang ditetapkan berdasarkan distribusi spesies.
“Kehilangan paus sikat Atlantik Utara untuk selamanya adalah sebuah kemungkinan yang nyata,” kata Francine Kershaw, ilmuwan senior di Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam.
Paus sangat penting bagi ekosistem karena peran yang mereka mainkan dalam mengedarkan nutrisi ke seluruh perairan. Apa yang akan terjadi pada lautan jika paus hilang? Belum cukupkah kesadaran kita? Padahal kita sudah sering memperingati Hari Paus Sedunia. (***)
Sumber : https://www.mongabay.co.id/2024/02/25/360-ekor-paus-sikat-terancam-punah-fakta-menyedihkan-di-hari-paus-sedunia/